UMKM Juga Bisa! Spa Factory Bali Merambah ke Luar Negeri

BALI, GLOBALONE.ID – Pada era pemulihan setelah pandemi, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) punya andil yang signifikan dalam menggerakkan perekonomian daerah, khususnya di Bali. Bidang Pemberdayaan UKM Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali menyatakan bahwa saat ini sudah terdapat 390 ribu pelaku UMKM di Pulau Dewata. Jumlah tersebut bisa saja  meningkat hingga 6 persen pada tahun 2024  ini. Kenaikan jumlah UMKM tersebut tidak lepas dari peran Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dan meningkatnya permintaan terhadap material atau produk  yang menunjang Bali sebagai daerah  tujuan wisata.

Spa merupakan salah satu bagian dari sektor pariwisata di Bali dengan ekosistem yang luas dari hulu ke hilir. Tidak heran, terdapat banyak UMKM yang ambil bagian dalam menunjang keberlangsungan usaha spa. Salah satunya adalah Spa Factory Bali, UMKM berbasis contract manufacturer yang mengembangkan dan memasok produk sesuai dengan permintaan klien. Produk tersebut ada dalam berbagai kategori, mulai dari produk spa profesional, perawatan diri, hingga produk kecantikan.

Maria Satiaputri pun banyak bercerita tentang usahanya ‘Spa Factory’ saat ditemui di Kantornya pada Senin, 8 April 2024.

“Produk di Spa Factory Bali tergantung kebutuhan klien. Mereka perlu apa, kami buatkan. Kategori produknya juga bermacam-macam. Kalau di hotel bisa bervariasi, misalnya hotel amenities termasuk sun protection, pillow spray, atau shaving cream yang dominan ada di resort, serta spa products. Ada juga yang retail,” ujar Direktur Spa Factory Bali, Maria Satiaputri.

Sebelum berkiprah di ranah manufaktur, Spa Factory Bali bermula sebagai destinasi wisata berupa showcase dan memberi kesempatan bagi turis untuk melihat proses produksinya secara langsung. Namun, setelah Bom Bali I, Spa Factory Bali mulai beradaptasi dengan rangka bisnis manufaktur, mulai dari desain dan perencanaan produk bersama dengan klien, produksi, hingga meluncurkan produk akhir dengan brand milik pelanggan.

“Saat pertama merintis di tahun 2002, kami lebih mengarah ke showcase. Waktu itu khusus untuk turis Jepang, ada kerja sama dengan agensi Jepang. Pengunjung bisa melihat proses pembuatan dari produk-produk. Namun, karena ada Bom Bali dan turis berkurang, kami memutuskan untuk melakukan ekspor ke Maldives selagi ada kesempatan. Setelah itu, kami mulai merambah ke hotel seperti Bulgari, Ritz Carlton dan Ayana sejumlah hotel bintang 5 lainnya,” jelas Maria.

Tidak hanya itu, Spa Factory Bali juga melakukan ekspansi pangsa pasar secara domestik dan internasional untuk meraih lebih banyak klien. Pangsa pasar domestik meliputi hotel-hotel berbintang di Bali dan Sumba, terlebih karena spesifikasi Spa Factory Bali yang mengarah ke suplai resort bintang lima. Sementara itu, ekspansi internasional berupa ekspor produk ke Timur Tengah dan Eropa dengan fokus juga pada hotel-hotel.

Maria mengungkapkan bahwa keberhasilan Spa Factory Bali merambah pasar Eropa tidak lepas dari usaha yang dilakukan untuk meningkatkan standar produk. Apabila ditilik, produk-produk  yang akan memasuki pangsa pasar Eropa harus melewati safety assessment yang cenderung sulit. Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan dan upaya yang mumpuni untuk mengejar persyaratan dan standar yang ditetapkan.

“Dari tahun lalu, ada klien kami yang berhasil masuk ke farmasi di Paris. Namun, prosesnya memang panjang. Kami didampingi oleh mentor dari Belanda selama tiga tahun ke belakang dan kami terus memperbaiki berdasarkan rekomendasinya, mulai dari cara bekerja dan dokumentasi. Satu hal yang diminta oleh Eropa adalah alergen, jadi di sana harus dicantumkan guna menghadapi safety assessment,” ucap Maria.

Selain berhasil memenuhi safety assessment yang diterapkan dunia internasional, produk karya Spa Factory Bali memiliki keunikan berupa signature scent atau aroma yang khas pada masing-masing produk, serta bahan baku (raw material) yang cenderung natural. Hal tersebut dilandaskan pada kontrak manufaktur dan komitmen untuk menjaga kepercayaan klien terhadap Spa Factory Bali.

“Kami membuatkan signature scent atau aroma yang khas, khusus untuk satu klien. Tidak ada satu pun yang sama. Bahan baku kami pun natural atau bahan kimia turunan natural, entah minyak kelapa atau minyak sawit yang diproses secara kimia,” tambah Maria.

Pencapaian Spa Factory Bali sebagai salah satu UMKM merupakan katalisator untuk perkembangan industri hulu atau manufaktur untuk spa, khususnya di Bali. Untuk waktu ke depan, Spa Factory Bali akan terus melebarkan sayapnya di rantai produksi produk spa, serta mencari investor yang bisa memperkuat kelangsungannya.***

Penulis – Sandra Gisela

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *