BALI, GLOBALONE.ID – Ajang Bali International Film Festival (Balinale) kembali dihelat di Pulau Dewata mulai tanggal 1 hingga 7 Juni 2024 di Cinepolis Plaza Renon. Festival ini bertujuan untuk mempromosikan industri perfilman, seni dan budaya Indonesia. Selain itu, Balinale sangat mendukung peran komunitas melalui program anak-anak dan lokakarya siswa sebagai salah satu bagian pentingnya.
Bali International Film Festival yang ke-17 ini disemarakkan oleh kehadiran sineas, profesional industri film, serta aktivis kreatif yang membawa karya-karya inovatif. Setidaknya, ada total 60 judul film yang memiliki genre bervariasi dengan total 45 film yang ditayangkan merupakan film premiere. Asian Film Awards Academy (AFAA), sebagai bagian dari Balinale, menggelar sesi “Hong Kong Film Gala Presentation” yang menampilkan enam film garapan Hong Kong. Salah satunya adalah produser dan sutradara ternama Stanley Kwan.
Stanley Kwan hadir di ajang Balinale sebagai produser dari film terbarunya yang berjudul “Fly Me to the Moon” bersama sutradara muda Sasha Chuk. Film tersebut menjadi opening film (film pembuka) dari Balinale 2024.
“Saya merasa sangat bangga dan berterima kasih kepada kru film, media, dan pemerintah Indonesia atas kesempatannya menayangkan film ini,” ujar Stanley Kwan dalam konferensi pers pada hari Sabtu (01/06).
President dan Founder Balinale Deborah Gabinetti mengemukakan bahwa ada dua alasan di balik pemilihan film “Fly Me to the Moon” sebagai pembuka dari ajang Balinale. Selain dua alasan tersebut, film “Fly Me to the Moon” juga memiliki jalan cerita yang menarik karena mengangkat isu tentang perempuan, anak, dan imigran.
“Pertama, ini adalah pertama kalinya kami memiliki pembuat film perempuan. Kami mendukung suara-suara baru dan suara perempuan dalam industry film. Kedua, karena Sasha Chuk sendiri didukung oleh Mr. Stanley Kwan, sosok senior yang berpengalaman dan memiliki pengaruh di industri film. Kombinasi keduanya akan menarik perhatian penonton,” ungkap Deborah.
Film “Fly Me to the Moon” sendiri bercerita tentang Lam Tsz Yuen, seorang gadis berusia 7 tahun asal Hunan, yang bermigrasi ke Hong Kong untuk bertemu ayahnya, Kok Man, setelah bertahun-tahun berpisah. Namun, tidak seperti yang diimpikan Yuen semasa kecilnya, hubungan antara mereka malah makin rumit.
“Fly Me to the Moon menggambarkan kompleksitas masyarakat dan menonjolkan emosinya. Saya bersyukur film ini tidak hanya ditayangkan di Hong Kong, tetapi juga di Taiwan, Rotterdam, dan sekarang sampai di Bali,” ucap Sasha Chuk.
Tidak hanya “Fly Me to the Moon” saja, film legendaris Stanley Kwan lainnya, “Center Stage” yang merupakan restorasi digital dari film berjudul serupa juga akan hadir dalam Hong Kong Film Gala Presentation di Balinale 2024. Uniknya, “Fly Me to the Moon” dan “Center Stage” sama-sama mengangkat kisah perempuan yang inspiratif.
Selain pemutaran film, Balinale 2024 juga akan menghadirkan Bali Film Forum, sebuah forum bagi para pembuat film internasional maupun profesional Indonesia untuk mendiskusikan film, tren, peluang kerja sama produksi dan adaptasi atas tuntutan industri perfilman yang berkembang pesat. Forum tersebut akan dihadiri sejumlah pembicara profesional.
Deborah Gabinetti turut menekankan tujuan dari pengadaan festival ini, yaitu untuk memberikan referensi baru bagi para produser, sutradara, dan talenta muda di industri film. Ia melihat potensi besar ekonomi kreatif di Indonesia sehingga memberikan kesempatan bagi para pemula dan profesional untuk menunjukkan karya mereka kepada dunia.
“Sangat menarik bahwa Indonesia punya potensi ekonomi kreatif yang luar biasa. Kita punya banyak talenta. Festival-festival semacam ini memberikan kesempatan untuk para pemula dan profesional untuk bisa dilihat dunia,” kata Deborah.
Ajang Balinale ini berfokus pada diversity dari film-film independen Indonesia dan internasional, serta award winning dari berbagai bidang. Pihak Balinale sendiri menginginkan produser dan direktur Indonesia, beserta talent, script writer, dan mereka yang berkecimpung di bidang industry film untuk punya referensi yang lebih luas.
Dukungan dari dua Kementerian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjukkan bahwa pemerintah melihat potensi perfilman sebagai penggerak ekonomi di masa depan.
Menurut Direktur Industri Kreatif Musik, Film, dan Animasi Kemenparekraf Mohammad Amin Abdullah, Balinale dapat menjadi platform komunikasi dan membangun relasi dengan pihak asing.
Lebih lanjut, selama satu minggu ke depan, film-film Balinale masih dapat disaksikan di Cinepolis Plaza Renon. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan karya-karya dari filmmaker dari dalam dan luar negeri.***
Penulis – Sandra Gisela