Kemenpora Tegaskan Komitmen Terhadap Kesetaraan Disabilitas dalam Olahraga

By Sandra Gisela

BALI, GLOBALONE.ID – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menunjukkan komitmennya terhadap kesetaraan penyandang disabilitas dalam olahraga.

Deputi Penyandang Disabilitas Kemenpora, Ibnu Hasan, turut mengajak semua pihak berpartisipasi untuk memberikan perhatian lebih terhadap penyandang disabilitas, baik lintas kementerian, daerah, dan institusi.

“Menangani penyandang disabilitas membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan teknis. Dibutuhkan
kepribadian, empati, dan sikap di atas rata-rata,” tutur Ibnu Hasan di Ballroom Infinity Jimbaran, Bali,
Kamis (19/12/2024).

Saat ini, Ibnu melihat bahwa penyandang disabilitas sudah cukup setara dengan yang normal. Berkaca
dari Paralimpiade tingkat dunia dan Peparnas tingkat nasional, banyak penyandang disabilitas yang
berprestasi. Oleh sebab itu, dia mengharapkan gubernur, bupati, dan wali kota agar benar-benar
memikirkan tentang sarana dan prasarana yang ramah disabilitas.

Dukungan negara hadir dengan dibangunnya Sentra Khusus Olahraga Disabilitas (SKODI) yang
terletak di Solo. Secara spesifik, SKODI menjaring atlet-atlet disabilitas yang berprestasi di bidang
olahraga agar bisa terus menyalurkan bakatnya di ajang-ajang nasional dan internasional.

Di kesempatan yang sama pula, Norman Yulian dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia
(PPDI) menggarisbawahi pentingnya implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penyandang Disabilitas. Dalam hukum tersebut, dijamin hak-hak penyandang disabilitas yang
meliputi hak atas pendidikan, pekerjaan, kesehatan, aksesibilitas, dan partisipasi dalam masyarakat.

“Sebelum adanya UU No. 8 Tahun 2016, disabilitas sering dianggap sebagai bentuk charity. Namun,
setelah Indonesia meratifikasi Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) di Paris,
perubahan mulai terjadi. Kini disabilitas dilihat sebagai hak yang setara,” ujar Norman.

Selain itu, Norman juga menekankan pentingnya keluarga dalam mendukung penyandang disabilitas.
Menurutnya, keluarga adalah pondasi utama dalam memotivasi penyandang disabilitas, tetapi
terkadang terdapat batasan yang ditetapkan bagi penyandang disabilitas yang ingin berinteraksi di
masyarakat.

“Masih ada orang tua yang membatasi anaknya, yang penyandang disabilitas untuk tidak keluar
rumah karena takut diolok-olok. Hal ini sudah harus dihilangkan, justru dukungan orang tua
membawa anaknya berprestasi dan berpotensi di bidang apa. Lihat saja Putri Ariani yang menjadi
penyanyi dengan prestasi internasional,” katanya.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *