JAKARTA, GLOBALONE.ID– Indonesia Wellness Spa Professional Association (IWSPA) kini gencar memperkenalkan Etnaprana di seluruh Indonesia termasuk Bali. Selain Jakarta dan Bali, IWSPA juga kini melirik Toba, Jogyakarta, Solo, Toraja dan beberapa provinsi lainnya untuk memperkenalkan etnaprana.
Seperti diketahui, masyarakat modern kini semakin fokus pada kesehatan dan kesejahteraan.
Salah satu konsep yang digaungkan dan diperkenalkan IWSPA adalah etnaprana. Etnaprana didefinisikan sebagai bentuk kesejahteraan yang berakar pada budaya, tradisi, dan kekayaan alam Indonesia yang telah diwariskan secara turun – temurun.
Etnaprana menggambarkan konsep kesejahteraan yang tidak hanya mengandalkan aspek kesehatan, tetapi juga mengintegrasikan unsur-unsur budaya, tradisi, dan kearifan lokal.
Dalam perkembangannya, etnaprana mencakup penggunaan beragam metode dan produk kesehatan, bersifat medis maupun holistik, yang tidak umum dianggap sebagai bagian dari sistem medis konvensional.
Wellness dan etnaprana merujuk pada upaya sadar untuk meningkatkan kualitas hidup melalui penerapan gaya hidup sehat, baik fisik maupun mental.
“Dengan Etnaprana, kamu bisa merasakan berbagai perawatan spa dari berbagai daerah di Indonesia, pilihan bahan alam berkualitas dan terapis yang handal,” ujar Founder IWSPA Dra. Agnes Lourda Hutagalung, CONFEC, ITEC, CIBTAC, BABTAC, Diplom, Arom, WM, CIDESCO.
Saat ini IWSPA memang sedang gencar memperkenalkan etnaprana di berbagai kota di Indonesia termasuk Bali. Bahkan Lourda berharap selain IWSPA, Indonesia Wellness Master Association (IWMA), Wellness & Healthcare Entrepreneur Association (WHEA) pun dapat berperan aktif mengembangkan spa yang professional di Indonesia termasuk Bali.
Hal penting yang dilihat dan mendesak dilakukan oleh Bali saat ini menurut Lourda adalah pengembangan SDM terapis serta upaya untuk sertifikasi semua usaha spa di Bali. Dalam persaingan global sertifikasi usaha dan sertifikasi terapis menjadi sesuatu yang penting untuk tetap menjaga profesionalisme usaha serta persaingan SDM dengan negara – negara lain.
“Lebih dari itu, kita harus bangga punya etnaprana yang digali dari kekayaan alam dan budaya bangsa kita sendiri,”tegas Lourda.
Selain Bali, Lourda juga kini melirik Toba, Toraja, Jakarta dan sejumlah provinsi lainnya yang dapat diajak bekerjasama untuk mengembangkan etnaprana di daerah – daerah tersebut.
Sementara itu Ketua IWSPA, Dra. Yulia Himawati mengatakan program utama IWSPA adalah Pendidikan & Pelatihan serta Sertifikasi SDM Spa wellness di Indonesia termasuk Bali. Untuk ini IWSPA telah mulai bekerjasama dengan Essentia Spa Wellness Academy (ESWA) yang didukung oleh Spa Essentia telah melaksanakan Training of Trainers (TOT) untuk 2 Etno Wellness yakni Etno Bali dan Etno Madura.
Kegiatan ini dilaksanakan di Novotel Airport Bali pada 6 – 10 Pebruari 2023. Selanjutnya para peserta kemudian mendapatkan sertifikat yang diakhiri dengan kelulusan sebagai Trainer yang diserahkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Propinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, pada 22 Agustus 2023 di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali.
TOT ini telah melahirkan 17 trainer dan Yulia berharap dukungan Pemda Bali cq.Dinas Pariwisata Provinsi Bali agar pelatihan-pelatihan terus terlaksana dan berkelanjutan untuk terapis Spa Wellness yang berbasis kompetensi.
IWSPA berharap konsep etnaprana dapat dipahami dan dilaksanakan oleh industri Spa wellness di Bali sebagai kekayaan budaya adiluhung yang harus dilestarikan.
Lebih lanjut Yulia menegaskan dalam etnaprana, para terapis tidak hanya memahami teknik pemijatan tapi juga menguasai pengetahuan secara holistic yakni tentang Filosofi, Anatomi Tubuh, Aroma therapy serta fungsi herbal-herbal yang digunakan dalam pelayanan spa wellness kepada pelanggan. Spa wellness bukan hanya relaksasi tapi juga membantu masyarakat dalam hal menjaga kesehatan secara promotif dan preventif. Karena itu pemerintah pasti akan terbantu dalam hal menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat pada umumnya.
Kehadiran ke-3 asosiasi ini terutama IWSPA diharapkan juga dapat memperbaiki stigma negatif di sebagian masyarakat terhadap profesi terapis yang mohon maaf, masih dianggap sebagai prostitusi terselubung. Padahal untuk menjadi seorang terapis yang bekerja dengan sungguh-sungguh atau professional harus menguasai pengetahuan (kowledge), ketrampilan (skill) serta perilaku (attitude).
“Aklak harus mulia dalam melaksanakan tugas pekerjaannya sebagai terapis. Untuk sampai ke tahap itu maka para terapis harus benar-benar dilatih secara komprehensif seperti yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) & Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang berlaku,”demikian Yulia.***