DI PESISIR timur Bali, tepatnya di Klungkung, berdiri Wyndham Tamansari Jivva Resort Bali—sebuah destinasi yang menawarkan ketenangan, jauh dari hiruk pikuk pariwisata mainstream.
Di balik harmoni alam dan kenyamanan yang dihadirkan, ada sosok perempuan tangguh yang menjadi motor penggerak: Fransiska Handoko, General Manager yang namanya tidak asing di dunia perhotelan Bali.
Fransiska bukan sekadar pemimpin yang mengandalkan strategi bisnis, ia menghadirkan pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan human touch. Baginya, sebuah resort tidak hanya tentang bangunan mewah atau fasilitas berkelas, melainkan tentang bagaimana tim bekerja dengan hati dan bagaimana tamu merasakan pengalaman yang autentik.
BACA JUGA: Menjaga Nyala Pariwisata Bali: Fransiska Handoko dan Perjuangan BHA
Ia tak segan turun langsung ke lapangan, berbincang dengan staf housekeeping, atau menyapa tamu di restoran. Sikapnya yang rendah hati membuat para karyawan merasa dihargai, sementara para tamu merasakan suasana hangat yang sulit dilupakan.
Di masa transisi pasca-pandemi, tantangan besar di sektor perhotelan menjadi ujian nyata. Namun Fransiska mampu mengubah momentum sulit itu menjadi ruang inovasi. Ia mendorong timnya untuk tidak sekadar kembali ke pola lama, melainkan menata ulang standar pelayanan agar lebih personal dan relevan dengan kebutuhan wisatawan masa kini—yang lebih menghargai keaslian, kesehatan, dan keberlanjutan.
Kepemimpinan Fransiska juga tercermin dari komitmennya pada pemberdayaan lokal. Wyndham Tamansari Jivva bukan hanya tempat menginap, melainkan wadah yang mengangkat potensi masyarakat sekitar. Mulai dari menghadirkan produk kriya lokal di area resort, menggunakan bahan pangan dari petani setempat, hingga memberi ruang untuk seni dan budaya Klungkung tampil di panggung internasional.
Dengan rekam jejak panjang di industri perhotelan, Fransiska Handoko membuktikan bahwa kepemimpinan perempuan bisa memberi warna berbeda—lebih inklusif, berorientasi pada kolaborasi, dan penuh empati. Wyndham Tamansari Jivva Resort Bali pun berkembang bukan hanya sebagai resort bintang lima, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan pariwisata Bali yang lebih berkelanjutan.
Di bawah kepemimpinannya, resort ini tak sekadar menjual kamar dan fasilitas, melainkan menghadirkan cerita. Cerita tentang Bali timur yang tenang dan eksotis, tentang masyarakat lokal yang diberdayakan, dan tentang bagaimana sebuah kepemimpinan bisa menjelma menjadi inspirasi. **
Penulis: Karolina – Editor: Igo Kleden