NGADA, GLOBALONE.ID – Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Ngada baru saja menghelat Festival & Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Festival dan lomba selama sepekan tersebut merupakan wahana strategis untuk mengasah serta melejitkan minat dan bakat siswa.
Ini merupakan kegiatan festival dan lomba terbesar dalam 3 tahun terakhir di Kabupaten Ngada, karena mengikutkan peserta 1.100 siswa dari 19 SMA/MA. Pesta dan lomba antara siswa sekolah yang dibuka oleh Bupati Ngada Andreas Paru, Selasa (02/04/2024), baru berakhir Sabtu (06/04/2024).
Acara dan berbagai kegiatan disiarkan live streaming selama sepekan yang dipusatkan di SMA Negeri 1 Bajawa. Berbagai lomba dilaksanakan di beberapa tempat di radius Kota Bajawa, antara lain di SMA Negeri Bajawa, SMAS Katolik Regina Pacis Bajawa, SMA Negeri 2 Bajawa dan SMA Negeri 1 Golewa Barat di Turekisa.
Bupati Ngada Andreas Paru berpesan, agar para siswa memanfaatkan momen FLS2N untuk mengasah kemampuan intelektual dan mengembangkan potensi diri demi masa depan yang baik. Dia meyakini, jika kegiatan-kegiatan positif di lembaga pendidikan terus tumbuh maka cita-cita Indonesia emas pada 2045 pasti terwujud. Untuk itu ia berharap berbagai kegiatan FLS2N kelak nanti dapat mewujudkan masyarakat Ngada yang unggul, mandiri dan berbudaya.
Sementara Ketua Panitia kegiatan Yakobus Beama Lengi mengatakan, kegiatan itu bertujuan untuk membina talenta para siswa melalui sejumlah perlombaan yang tersebar tiga bidang yakni seni, budaya dan olahraga. Hal ini juga sebagai bentuk aktualisasi prestasi melalui ajang talenta didasarkan pada potensi minat dan bakat peserta didik agar mereka mendapatkan manfaat untuk pengembangan karir belajar dan karir profesionalnya,” jelasnya.
Tujuannya, kata Jack, memberikan pengalaman berkompetisi untuk mencapai sumber daya manusia yang unggul dalam kreativitas seni, budaya, komunikasi dan olahraga yang berakar pada budaya bangsa, sehingga bisa mencapai prestasi yang tinggi dikancah nasional dan Internasional. “Tujuan lain yakni mengembangkan jiwa sportivitas, kompetitif, rasa percaya diri, dan rasa tanggung jawab,”jelasnya
Ia berharap dengan adanya kegiatan tersebut dapat membangun persahabatan dan karakter peserta didik yang toleran terhadap keberagaman dan mempererat persatuan dan kesatuan peserta didik SMA di kabupaten Ngada.
Lejitkan Minat dan Bakat
Di bagian lain, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA/MA Kabupaten Ngada, Hendrianto Emanuel Ndiwa, menjawab GLOBALONE.ID mengatakan, momen FLS2N merupakan salah satu wahana untuk mempertajam guna melejitkan minat dan bakat siswa.
Oleh karena itu, melalui wadah MKKS pihaknya bersama para kepala sekolah terus berupaya agar anak-anak yang memiliki bakat-bakat tertentu itu harus dijembatani, harus difasilitasi secara baik, sehingga pada akhirnya potensi-potensi yang dimiliki peserta didik bisa berkembang secara maksimal. “Kita mau anak bertumbuh dan menjadi Bintang sesuai dengan minat dan bakat masing-masing,” katanya.
Hendrianto menuturkan, ada ada tiga hal penting berkaitan dengan digelarnya FLS2N, yakni membelajarkan kepala sekolah, para guru dan siswa itu sendiri. Apa yang mau dibelajarkan oleh kepala sekolah? “Bagaimana kami sebagai pengambil keputusan berupaya untuk memaksimalkan potensi guru dan siswa. Caranya dengan menyediakan panggung supaya para siswa dapat berkembang secara baik. Nah ketika kita bicara soal panggung, maka dari aspek fasilitas pembiayaan harus disupport oleh lembaga pendidikan supaya kegiatan ini bisa berjalan dengan baik,” tutur Hendrianto
Dia melanjutkan, dari sisi guru, apanya yang dibelajarkan? Ketika guru berupaya mendampingi siswa sebetulnya dia sedang belajar juga. Melewati proses bersama anak-anak maka secara terus menerus akan mengasah kemampuannya sendiri. Kompetensi pribadi akan semakin ditingkatkan, karena dia ingin agar siswa dampingannya itu berhasil. Kalau dia mau siswanya berhasil, maka ia akan berupaya belajar banyak hal dari berbagai sumber, sehingga ada tambahan ilmu dan kompetensi.
Lalu dari sisi anak, hata Hendrianto, ternyata panggung itu ada banyak suka dukanya di situ. Bahwa dengan kita belajar dan berproses di situ, berarti siswa belajar bagaimana kerja keras, bagaimana tanggung jawab dan bagaimana kedisiplinan dalam kaitan dengan menyiapkan diri agar lebih mandiri kelak. Semua itu bisa diperoleh di panggung ini, bahkan melalui keseluruhan proses. Lalu yang tidak kalah penting adalah menempa mental kepercayaan diri. Hanya melalui panggung, para siswa bisa diasah dan dibentuk dengan baik, sehingga minat dan bakatnya bisa dilejitkan.
Dikatakan Hendrianto, dari tahun ke tahun, dimana kegiatan FLS2N digelar bersamaan dengan kegiatan hardiknas, dirinya melihat siswa di Kabupaten Ngada memiliki potensi minat dan bakat yang luar biasa. Itu bisa dilihat dari kualitas penampilan mereka di berbagai even lomba. Mereka tampil dengan sangat maksimal dengan penuh kepercayaan diri. Itu sebetulnya ada peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun terdahulu. Soal juara memang panitia menentukan 1,2 dan 3. Tetapi sebetulnya mereka itu semua adalah para juara sejati yang melewati berbagai proses demi proses tidak dengan instan hingga sampai ke panggung.
Memperlombakan apa yang berhubungan dengan seni, sebetulnya di situ juga menumbuhkan imajinasi dan kreativitas siswa dengan mendayagunakan berbagai potensi diri untuk menciptakan karya-karya kreatif, seperti mencipta lagu, mencipta film pendek, mencipta puisi dan masih banyak lagi. Melalui berbagai lomba, siswa belajar ilmunya, misalnya mencipta lagu siswa mesti belajar tentang ilmu musik, atau belajar tentang film dan sebagainya. Bagaimana merangkaikan elemen yang satu dengan yang lain. Dan tidak lupa bahwa, dari cipta dan kreatifitas siswa menemukan pesan yang bisa disampaikan baik kepada diri sendiri maupun khlayak. Melalui paduan suara, siswa belajar harmoni dan keseimbangan, tidak ada satu elemen suara yang menonjol di situ.
“Kita mau ke depan anak-anak kita punya daya saing apabila mereka berada di level provinsi maupun nasional. Bahkan hingga nanti sudah di dunia kerja mereka juga mampu bersaing di tengah perubahan,” urai Hendrianto.
Momen Sukacita
Kepala SMA Seminari Mataloko, RD. Marianus Gare Sera, Pr menegaskan, bahwa FLS2N adalah momen sukacita bagi siswa. Ada banyak lomba yang disediakan, namun ini juga sebuah festival. Jadi siswa memang harus riang gembira mengikuti berbagai ekspresi seni, mengembangkan kreativitas dan menumbuhkan inovasi-inovasi untuk melejitkan minat, bakat serta kemampuan masing-masing.
Tiga tahun terakhir, kata RD Tinyo – demikian akrab disapa – selalu ada kemajuan dalam penyelenggaraan sehingga semakin berkualitas. Momen ini tidak hanya melibatkan partisipasi para siswa, tetapi juga partisipasi guru secara aktif melalui pendampingan siswa. Membantu siswa dalam mengembangkan kreativitas, hingga siswa belajar mengaktualisasi diri melalui pengembangan minat dan bakat. Guru pun terus belajar dengan meningkatkan pengalaman baru dalam mengembangkan kemampuan siswa maupun kompetensi diri.
Menurut RD. Tinyo, Kegiatan yang selalu dilaksanakan dengan live streaming itu merupakan hal positif, sehingga orang tua dan khalayak dapat mengetahui kegiatan para siswa. Hal ini tentu menjadi informasi positif kepada orang tua dan masyarakat atas kerja-kerja yang dilakukan para guru dari semua sekolah dalam melejitkan minat dan bakat anak-anak yang telah dititipkan melalui berbagai sekolah.
Selaku Kepala sekolah para calon imam, RD. Tinyo menilai kegiatan ini sangat positif. Memberi ruang kepada siswa calon imam yang semua laki-laki itu untuk dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Mereka juga ikut ambil bagian dalam upaya mengembangkan minat dan bakat di bidang seni dan intelektual. Namun karena sekolah ini hanya siswa laki-laki, maka mereka tidak ikut dalam beberapa mata lomba, seperti mata lomba paduan suara dan solo vocal putri.
Di bagian lain, bendahara MKKS yang juga Kepala SMA Negeri Were, Yustinus Tae menjelaskan, bahwa FLS2N dengan banyaknya mata lomba memberi kesempatan keikutsertaan para siswa dari 19 sekolah, minus satu sekolah yang tidak mengirim. Jika tahun lalu total peserta FLS2N melibatkan 700 siswa, tahun ini mengalami peningkatan animo keikutsertaan siswa mencapai 1.100 siswa.
Kegiatan ini dibiayai dari dana BOS, dan ada juga partisipasi orang tua lewat lembaga komite masing-masing sekolah. Sehingga kegiatan ini menelan dana sekitar 170 juta dari kontribusi masing-masing sekolah Rp 7 juta. Tahun lalu sekitar Rp 3 juta. Selain mengikutkan peserta cukup besar, dari kualitas penyelenggara lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.*
Penulis – Emanuel Djomba