BADUNG, GLOBALONE.ID – Wajah Pantai Kuta, Bali yang kian terawat memang bukan isapan jempol belaka. Pantai yang kini hancur akibat diterjang abrasi sejak akhir 2022 lalu serta sampah kiriman yang berserakan bila musim barat tiba dan penataan yang semrawut membuat Pantai yang selama ini menjadi favorite wisatawan karena keindahannya mulai sirna dan ditinggalkan.
Bahkan seperti dilansir sejumah media di Bali pada Minggu, 16 Pebruari 2025 Sejak penataan Pantai Seminyak, Legian, Kuta (Samigita) tahun 2022 yang dilakukan oleh pemerintah wajah pantai Kuta malah makin bopeng. Tak seindah dulu lagi.
Kini Balai Wilayah Sungai Bali Penida lagi melakukan penataan pedestrian yang hancur akibat terjangan abrasi.
Dalam dua bulan terakhir, ketinggian gelombang mencapai 2,5 meter hingga 4 meter memporakporandakan wajah Pantai Kuta.
Selain itu, sampah kiriman membanjiri Kuta, Legian, Seminyak dan Jimbaran setiap musim penghujan.
Sejumlah pedagang yang ditemui, di Pantai Kuta beberapa waktu lalu (12/02/2025) menceritakan kondisi pantai Kuta yang makin hari makin memprihatinkan.
Sejak ditata dengan dana ratusan miliar rupiah justru wajah pantai ini kian hancur.
Diantaranya seperti abrasi yang makin menggila dan pedestrian yang hancur.
Mereka berharap pemerintah Kabupaten Badung dan Provinsi Bali segera memikirkan solusinya.
Sebelum akhirnya wisatawan meninggalkan Kuta.
Walaupun kondisinya memprihatinkan masih ada turis mancanegara dan domestik yang berkunjung ke Pantai Kuta, terlebih pada sore hari untuk melihat matahari terbenam (sunset).
Melihat Sunset di Pantai Kuta saat ini wisatawan duduk di atas tempat duduk yang dibuat oleh pedagang dari kayu sampah kiriman dan ditumpuk di atas gerobag untuk melihat sunset. Pedagang di pesisir pantai Kuta harus membangun tempat darurat dari bahan kayu dan bambu sampah kiriman dari gelombang laut.
Walau tempat duduk seadanya, pesono sunset Pantai Kuta tak tergantikan bila hari menjelang senja.
Tempat Darurat yang dibangun ini digunakan turis untuk menikmati keindahan sunset Bali di pantai Kuta.
Menumpuk karung berisi pasir diatasnya. Tempat darurat ini didirikan diatas batu dinding penahan abrasi, dengan tujuan wisatawan bisa duduk diatasnya kemudian menghadap ke pantai.
“Kondisi seperti ini sudah kami alami selama beberapa tahun. Agar turis duduk di sini ya kami inisiatif bangun tempat darurat seperti ini,” kata para pedagang kepada media ini.
Pedagang berharap pemerintah Kabupaten Badung dan Provinsi Bali segera memikirkan solusinya. Sebelum akhirnya wisatawan meninggalkan Kuta.
Sejak dipasang breakwater dan dibangun pedestrian, justru kondisi pantai ini makin hancur. ***